Record The Journey and Thoughts

Friday 28 November 2008

Jagongan Blogger 2008 Kutho Solo

Solo, sebuah kota yang katanya bermimpi menjadi cyber city. Dalam mewujudkan mimpi itu, Solo bukan hanya membangun infrastruktur fisiknya saja. Aksi yang tak kalah penting adalah membangun sisi content (isi/data). Para Blogger merupakan para pelaku yang diharapkan dapat membantu percepatan penyediaan content tersebut, khususnya content yang bercerita seputar Solo itu sendiri.

jagongan


Dulu waktu masih di kota Malang, saya juga sering ikut dalam event yang diselenggarakan blogger malang meski sekedar sebagai penggembira Setelah bernaung di Solo saya otomatis menjadi bagian dari blogger Solo yang saat ini dikemas dalam pasarsolo, dengan tidak melupakan Globbers™ yang merupakan sebuah komunitas blogger Malang yang dulu saya pernah ikut serta membidani lahirnya bloggerngalam. Sebagai member baru di kancah perbloggeran kota Solo, seyogyanya saya ikut memeriahkan acara yang digelar sang mbaurekso pasarsolo.

Jagongan Blogger 2008 ala Solo dengan tema: "Solo Cyber City & Blogger" diselenggarakan bersamaan dengan event Pesta Blogger 2008 yang juga dilaksanakan di Jakarta tanggal 22 Desember 2008 dan Bulan ngeBlog 2008 Pasar Solo. Acara ini menghadirkan Nara Sumber Bambang Hariyanto, Pendiri komunitas penulis surat pembaca Epistoholik Indonesia. Pelaksanaannya hari Minggu lalu, 23 November 2008. Jam 13.00 - 15.00 WIB di Speedy Hiks Grandmall Solo. Karena acara diadakan di Speedy Hiks (otomatis didukung oleh SPEEDY) maka kita dapat gratis berinternet ria menggunakan hotspot Speedy. Juga gratis mendapatkan stiker pasarsolo dan air mineral 1 botol

hadirin


BH (Bambang Hariyanto )


dialog interaktif


lha ini siapa ya?


stiker pasarsolo


Friday 21 November 2008

New Kids On The Blog

Tuesday 18 November 2008

Harta Karun

Gemez rasanya menyaksikan tumpukan buku2, diktat, dan lembar2 peninggalan masa kuliah semester2 terdahulu milik suami. Pertahanan saya jebol juga untuk tidak menyentuhnya sebab barang tersebut membuat ruangan di rumah makin sempit saja. Segera saya meminta tolong suami untuk memindahkan ke teras supaya leluasa dalam memilah2 soalnya masih ada berkas yang masih dipake si empu, selebihnya bisa diloakin, hehe..

Entah kenapa tiba2 saya ingin membuka2 tumpukan yang sudah dipilah oleh suami saya. Saya ambil jilid laporan yang paling tebal. Lembar perlembar saya baca sekilas. Pas halaman terakhir saya terperanjat.. ada 3 lembar uang dengan nominal yang cukup besar, 100, 20, dan 5 ribuan yang lengket satu sama lainnya, dengan steples yang sudah berkarat. Lembar uangya sudah berjamur putih. Tapi saya ragu, apakah uang2 ini masih bisa dipake untuk bertransaksi, secara saya sendiri sudah tidak pernah melihat uang ini. Ternyata uang itu tersimpan sudah 5 tahunan di kost2an suami sebelum menikah, dulu suami saya selalu menyimpan uang di sela2 diktat karena ga punya dompet. Belum sempat mengambil uangnya, diktat2 itu keburu disimpan dalam karung bekas beras karena diktat2 tersebut sudah tidak terpakai

Jadi ingat saat ke bank niaga beberapa waktu lalu, di sana terpampang uang 100 ribu plastik sudah ditarik dari peredaran. Namun belum tau apakah hanya ditarik ato sekalian tidak laku lagi. Kalo tidak laku lagi, wah sayang dong hasil temuan saya ini. Kan bisa buat belanja tuh (ibu rumah tangga banget gitu loh... ). Mau coba dibelanjakan kok ya malu kalo ternyata ga laku lagi

Solusinya, kebetulan sebelum nemu uang itu, kami berencana menabung di bank, ga ada salahnya uang2 temuan itu ditukar dengan uang yang akan ditabung kemudian dimasukkan dalam rekening. Tidak lupa menyediakan uang cadangan bila uang lama tersebut dikembalikan teller.

Alhamdulillah, uang diterima teller dengan selamat. Sejak peristiwa ini, saya jadi semangat bersih2 lagi, siapa tau bisa menemukan lagi harta karun yang pernah tersimpan di antara tumpukan diktat laporan

Andaikan saya tidak membuka2 lagi tumpukan kertas yang akan diloakin, mungkin uang itu dah jadi milik orang lain. Ternyata kalo sudah rizqinya ga akan lari kemana

Friday 14 November 2008

Hmm... Lecker!

Seperti namanya, kue leker ini rasanya benar2 lecker. Leker terbuat dari adonan tepung beras, gula, kanji dan santan yang dipanggang menggunakan loyang diatas arang. Untuk isinya biasanya irisan pisang, taburan meses dan gula pasir, kemudian dilipat. Khusus pisang memakai pisang raja, rasanya akan lebih megang

Jajanan masa kecil saya ini sudah langka saya temui lagi di Malang. Kalopun ada pastinya di sekolah2 karena harganya yang murah Rp500, maka peminatnya pun anak2 SD. Pernah saya melihat penjual leker memakai sepeda tapi kuenya sudah tidak fresh lagi karena tidak dimasak di tempat, jadi bentuknya lembek alias tidak krispi lagi, dan sedangkan isinya hanya taburan meses.

Sejak saya menetap di Solo leker ini ternyata mudah ditemukan, tidak hanya di sekolah2 namun di jalan2 raya banyak ditemui penjual leker. Saya tidak perlu jauh2 membelinya karena sudah mempunyai leker langganan yakni Leker Pak DJum, di dekat rumah saya. Seperti namanya penjualnya bernama Pak DJum yang sudah puluhan tahun berdagang leker. Saking terkenal rasanya yang muantap maka pelanggannya hingga luar kota, terutama saat lebaran. Kalo pesanan seperti itu sebelum dimakan harus dioven dulu supaya kembali renyah/krispi. Pak DJum menurunkan resep lekernya pada anak2 dan keponakannya, jadi tidak heran kalo di tempat saya tidak langka menemukan kue leker. Yang bikin saya ketagihan membelinya adalah pembuatannya yang seketika, jadi hangat2 langsung bisa dinikmati. Kriuk.. kriuk.. rasanya.. Hmm lecker!

Adakah leker di kota anda?