Dari Abu Hurairah Rådhiyallåhu ‘anhu berkata, bahwa rasulullah shållallåhu ‘alayhi wa sallam bersabda:
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya ia berkata yang baik atau diam.”
[HR. Al-Bukhari dalam al-Adab hadits (6018) dan Muslim hadits (47).]
“Rasulullah Shållallåhu 'alayhi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling aku benci dan paling jauh dariku di akhirat nanti adalah orang yang paling jelek akhlaknya, orang yang banyak bicara, orang yang berbicara dengan mulut yang dibuat-buat dan orang yang sombong...”
[Shahih al-Jami’ash-Shaghir no. 1531]
Suatu kali Sufyan bin Abdillah at-Tsaqafi Radhiyallahu 'anhu bertanya kepada rasullullah Shallallahu 'alaihi wasallam dengan berkata:
“Wahai rasulullah, beritahukan kepadaku sesuatu yang dapat aku jadikan sebagai pegangan hidupku!
Beliau berkata:
“Katakanlah, Tuhanku adalah Allah kemudian beristiqamahlah!”
Aku berkata lagi:
"Wahai rasulullah apa yang paling engkau takutkan terhadap diriku?'
Beliau mengeluarkan lidahnya kemudian berkata, Ini.”
[HR at-Tirmidzi dalam az-Zuhd hadits (2410) dan Ahmad 3/413]
Terjadinya lisan seseorang menghamburkan kata-kata kasar, menyakitkan, jorok, dan sia-sia, semua itu, tidak bisa tidak, bersumber dari hati yang tidak beres. Seseorang yang hatinya tidak selamat akan sangat sulit mengendalikan lisannya. Apa saja yang terlihat di depan matanya niscaya akan membuat lidahnya gatal untuk segera berkomentar, terlepas dari komentarnya itu bermutu atau tidak, bermanfaat bagi dirinya atau tidak, ada yang mendengarkan atau tidak. Jelas, tak akan pernah disadari bahwa perkataaanya mungkin bisa sisa-sia.