Tahun 2006 segera meninggalkan kita dan tahun baru 2007 segera tiba. Keduanya datang dan pergi tanpa perlu kita minta. Waktu terus mengalir tanpa sedikit pun dapat kita hambat. Yang harus kita lakukan adalah bagaimana kita mampu memberi makna dalam perjalanan waktu tersebut.
Bagi seorang muslim, pergantian tahun akan dimanfaatkan untuk mengevaluasi diri atas perjalanan hidup masa lalu, mengambil pelajaran yang berharga walaupun pahitnya dan tidak akan melakukan kesalahan yang sama, selanjutnya membuat perencanaan masa depan. Dalam diri bertekad kuat bahwa tahun-tahun mendatang haruslah menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Oleh sebab itu, pergantian tahun demi tahun, selalu saja menaruh harapan bagi kita untuk menjadi yang terbaik dengan menabur berbagai amal kebajikan. Pergantian tahun tidak perlu dirayakan dengan bersenang-senang dan berhura-hura. Tanpa kita sambut pun, ia segera datang. Yang lebih penting adalah apa yang akan kita lakukan pada hari-hari mendatang. Prestasi apa yang akan kita torehkan untuk kehidupan fana ini.
Dalam surah Al-Asr tersebut memiliki makna yang cukup dalam sehingga Imam Syafii, pernah mengatakan bahwa andaikan Allah hanya menurunkan surah ini, niscaya itu sudah cukup untuk menjadi pegangan manusia dalam menjalani kehidupannya.
Pada ayat pertama, Allah bersumpah kepada waktu. Pertanyaannya adalah mengapa Allah bersumpah kepada waktu yang merupakan ciptaannya. Jawabnya paling tidak adalah Allah ingin menunjukkan pentingnya dimensi waktu itu dalam kehidupan manusia. Bahkan, keberadaan kita sangat ditentukan oleh waktu. Jika tidak ada waktu, masihkah kita ada di muka bumi ini. Mengapa waktu asar yang dipakai oleh Allah di dalam surah ini. Ternyata pemilihan kata asar ini memiliki makna yang cukup dalam yaitu menyangkut kesadaran manusia tentang waktu. Tegasnya asar adalah waktu yang paling tepat lagi manusia untuk merenungkan dirinya, untuk selanjutnya mempersiapkan diri untuk hari depan. Biasanya manusia melakukan perhitungan ekonomi misalnya pada waktu asar. Misalnya pedagang, pegawai perbankan, menghitung keuntungan pada waktu asar.
Pada ayat kedua, Ditegaskan sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian. Dari makna rugi ini kita bisa katakan, bahwa sebelumnya manusia telah diberikan Allah modal yang salah satunya adalah waktu. Jika manusia dapat menggunakan modal tersebut sebaik-baiknya sesuai dengan petunjuk pemberi modal, maka ia akan memperoleh "keuntungan" dalam hidup. Sebaliknya, ketika ia tidak mampu memanfaatkan modalnya maka ia akan mengalami kerugian. Contohnya, apa yang terjadi jika seseorang tidak memanfaatkan waktu mudanya untuk menuntut ilmu dan meningkatkan kualitas diri. Dipastikan ia akan merugi dan besar kemungkinan akan mengalami kegagalan dalam hidupnya.
Pada ayat ketiga, Dalam surah Al-Asr tersebut Allah memberi panduan kepada kita bagaimana menggunakan modal waktu untuk kebaikan hidup kita. Syarat pertama adalah, menegakkan komitmen keimanan kita kepada Allah SWT dalam situasi dan kondisi yang bagaimanapun. Iman akan mengantarkan seseorang untuk selalu mengorientasikan hidupnya hanya kepada Allah SWT. Kedua, komitmen keimanan ini akan melahirkan komitmen social dan kepedulian terhadap sesama yang dilambangkan dengan amal saleh. Hakikat amal saleh adalah bagaimana kita mampu mengeluarkan energi positif, yang selanjutnya energi positif tersebut akan mempengaruhi orang lain untuk berbuat kebaikan pada orang lain. Lebih dari itu kebaikan yang kita lakukan juga memotivasi orang lain untuk melakukan kebaikan yang sama. Tidak ada jaminan kita akan mampu mengontrol diri sendiri untuk selalu berada pada jalan yang lurus. Pada saat inilah kita membutuhkan orang lain untuk mengingatkan kita. Untuk itu diperlukan sikap lapang dada untuk menerima tausiah dan masukan dari orang lain. Apapun yang akan kita kerjakan dalam rangka amal saleh dan bertausiah, tetap memerlukan kesabaran. Belum tentu begitu menasihati orang untuk menjadi baik lantas orang tersebut berubah pada waktu itu juga. Sayangnya, manusia seringkali tidak sabar dalam menunggu waktu perubahan tersebut. Pada gilirannya, ketidaksabaran ini melahirkan keputusasaan. Akhirnya semua mengalami kerugian, karena keputusasaan tidak melahirkan kebaikan sekecil apapun. Wallahu A`lam Bish-shawab.
"Selamat Hari Raya Idul Adha"
(10 Dzulhijjah 1427 Hijriah / 31 Desember 2006 Masehi)