Sering kali saya dibuat nggerundel oleh ulah pedagang terutama pedagang buah yang suka mengurangi timbangan di depan mata saya. Awalnya memang pembeli tidak mengira kalau barang yang dibeli tidak sesuai dengan ukuran sebenarnya. Namun bila jeli, di rumah bisa ditimbang kembali, pastilah beratnya akan mengambang. Bila terbiasa membeli di swalayan yang hampir selalu menggunakan timbangan, tentu akan merasakan perbedaannya dengan timbangan yang menggunakan anak timbangan yang biasa dipakai para pedagang itu.
Tidak jauh-jauh, di Solo bisa ditemui pedagang buah yang banyak berjejer di pasar Klewer. Saya mengalami di sana rata-rata timbangannya tidak sesuai bahkan jauh berkurang dari ukuran aslinya. Secara kuantitas jeruk 1 kg berisi 9-10 buah, namun di situ hanya berisi 6 buah, bila dibandingkan dengan ukuran buah yang sama. Setelah ditimbang kembali di rumah, benarlah, sangat jauh selisihnya. Saat ini saya lebih sreg membeli buah di swalayan, alasannya saya bisa leluasa memilih buah yang bagus, membayar sesuai dengan buah yang saya ambil, harga tidak harus tawar-menawar meski (mungkin) sedikit lebih mahal. Namun kepuasan adalah yang utama bagi saya.
Masih di Solo, ada swalayan Luwes Lojiwetan, di sana buah yang dijual disortir berdasarkan kondisi buah. Buah yang layu atau sudah diiris bangian yang busuk, dikemas dalam styrofoam dengan label harga limaribu. Pernah saya membelinya, ternyata rasanya tidak terlalu mengecewakan. Apalagi kalau dibuat jus, tidak akan kelihatan itu buah sortiran
Rp 5 ribu, sedikit penyok. Kalau normalnya Rp 15 ribu
Apa yang ada di benak dan hati mereka saat mengurangi timbangan, apakah mereka merasa itu adalah suatu kewajaran dalam berdagang sehingga mendapatkan kepuasan karena mendapat keuntungan lebih banyak? Entahlah. Padahal salah satu macam penipuan ialah mengurangi takaran dan timbangan. Dalam Islam, Al-Quran menganggap penting persoalan ini sebagai salah satu bagian dari mu'amalah.
Wallahua’lam bishawab.
Tidak jauh-jauh, di Solo bisa ditemui pedagang buah yang banyak berjejer di pasar Klewer. Saya mengalami di sana rata-rata timbangannya tidak sesuai bahkan jauh berkurang dari ukuran aslinya. Secara kuantitas jeruk 1 kg berisi 9-10 buah, namun di situ hanya berisi 6 buah, bila dibandingkan dengan ukuran buah yang sama. Setelah ditimbang kembali di rumah, benarlah, sangat jauh selisihnya. Saat ini saya lebih sreg membeli buah di swalayan, alasannya saya bisa leluasa memilih buah yang bagus, membayar sesuai dengan buah yang saya ambil, harga tidak harus tawar-menawar meski (mungkin) sedikit lebih mahal. Namun kepuasan adalah yang utama bagi saya.
Masih di Solo, ada swalayan Luwes Lojiwetan, di sana buah yang dijual disortir berdasarkan kondisi buah. Buah yang layu atau sudah diiris bangian yang busuk, dikemas dalam styrofoam dengan label harga limaribu. Pernah saya membelinya, ternyata rasanya tidak terlalu mengecewakan. Apalagi kalau dibuat jus, tidak akan kelihatan itu buah sortiran
Apa yang ada di benak dan hati mereka saat mengurangi timbangan, apakah mereka merasa itu adalah suatu kewajaran dalam berdagang sehingga mendapatkan kepuasan karena mendapat keuntungan lebih banyak? Entahlah. Padahal salah satu macam penipuan ialah mengurangi takaran dan timbangan. Dalam Islam, Al-Quran menganggap penting persoalan ini sebagai salah satu bagian dari mu'amalah.
Penuhilah takaran dan timbangan dengan jujur, karena Kami tidak memberi beban kepada seseorang melainkan menurut kemampuannya. (al-An'am: 152)
Penuhilah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan jujur dan lurus, yang demikian itu lebih baik dan sebaik-baik kesudahan. (al-Isra': 35)
Celakalah orang-orang yang mengurangi, apabila mereka itu menakar kepunyaan orang lain (membeli) mereka memenuhinya, tetapi jika mereka itu menakarkan orang lain (menjual) atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Apakah mereka itu tidak yakin, bahwa kelak mereka akan dibangkitkan dari kubur pada suatu hari yang sangat besar, yaitu suatu hari di mana manusia akan berdiri menghadap kepada Tuhan seru sekalian alam! (al-Muthafifin: 1-6)
Penuhilah takaran dan jangan kamu menjadi orang yang suka mengurangi; dan timbanglah dengan jujur dan lurus, dan jangan mengurangi hak orang lain dan jangan kamu berbuat kerusakan di permukaan bumi." (Asy-Syu'araa': 181-183)
Wallahua’lam bishawab.
pertamaxxx...
ReplyDeletelama gak kesini, ninggali jejak dulu...
buah limaribuan itu malahlebih jujur dibandingkan kiloan yang sering berkurang... hah... makin lama makin kacau cara orang berdagang...
ReplyDeleteahhh sayang para pedagang itu gak buka blog ini...semoga segera terbuka hatinya kl mengurangi timbangan itu dosa. kalo aku labih sreg beli di all fresh, mahal dikit tapi puas, kl ditulisannya manis yha emang bener2 manis, kl manis segar, berarti manis ada asem2nya dikit, kl asem yha asem beneran....
ReplyDeletedi ayat2 Al Quran banyak disebut soal takaran, tapi kembali pada pribadi masing2
ReplyDeletehalo mbak,lama ga kontek2
ReplyDeletetetep nge blog ya :)