Di daerah saya di malang udah beberapa bulan ini telah bisa menikmati ‘hadiah’ dari pemerintah berupa kompor gas single (satu tungku) beserta tabung gas isi 3 kg sebagai kompensasi atas konversi kompor mintah (minyak tanah). Setiap keluarga yang memiliki KK (kartu keluarga) akan mendapatkan 1 paket. Jadi bila dalam 1 rumah terdapat beberapa keluarga (KK) maka akan mendapatkan sesuai dengan jumlah KK nya. Apalagi bila masing2 keluarga mempunyai mata pencaharian berdagang makanan seperti warung nasi/depot, maka akan mendapatkan tambahan kompor gas 1 paket dengan syarat menyertakan rekomendasi RT/RW setempat. Asyik banget tho?
Pernah saya menonton berita di tipi, kalo penerima paket kompor gas itu
adalah keluarga yang belum mempunyai kompor gas alias masih menggunakan kompor mintah, tungku, maupun arang. Kenyataannya, tetangga saya yang (amat) mampu pun mendapat beberapa kompor gas. Pembagian kompor gas ini nyatanya belumlah merata dalam suatu daerah. Di malang, hanya kotamadya yang sukses mendapatkannya, sedangkan kabupaten belum seluruhnya.
Lain lagi di tanggulangin (sidoarjo), kakak saya yang dengan suka rela membantu mengurusi pembagian di wilayahnya perumahan TAS-2, malah tidak kebagian. Dalam daftar tidak terdapat namanya. Nasib..
Kisah lainnya, barang yang dibagikan itu ternyata tidak semuanya bisa langsung dipake. Seperti yang dikeluhkan oleh tetangga saya, awal pemakaian kompornya ga langsung bisa mengeluarkan api, harus diulang2 baru bisa dipake normal. Sedangkan punya saya malah ga bisa dipake sama sekali, pemantiknya udah dicoba sampe puluhan kali belum bisa juga. Sampe akhirnya saya membeli kompor sejenis (single), dan langsung bisa!! Nasib..
Sepertinya pepatah ‘ada harga ada rupa’ masih berlaku saat ini. Apalagi kalo gratisan, bisa dipastikan tidak akan berumur lama :D Memang tidak semuanya yang murahan dan gratisan itu mutunya buruk, tapi ‘biasanya’ demikian adanya.. (halah mbulet )
Kejadian ‘menggemaskan’ itu berlanjut saat saya migrasi ke solo. Saya kesulitan menemukan penjual LPG 3 kg. Ternyata di sana belum ada konversi, rata2 masih menggunakan mintah. Saya menyusuri solo kota dan pinggiran, sampe akhirnya bertekad masuk ke toko yang menjual LPG dan ‘merayu’ penjual untuk merelakan stok LPG 3 kg ke saya. Berarti benar firasat saya, sebenarnya toko2 yang menjual LPG itu mempunyai stok namun karena belum ada konversi dari pemerintah setempat, maka belum berani mendistribusikannya. Jadinya ya sembunyi2 begitu. Lega banget saya.. meski harus merogoh kocek 5 ribu lebih besar dari harga di malang. Sekali lagi.. nasib
Gimana dengan di daerah anda?
@teknikinet3
Pernah saya menonton berita di tipi, kalo penerima paket kompor gas itu
adalah keluarga yang belum mempunyai kompor gas alias masih menggunakan kompor mintah, tungku, maupun arang. Kenyataannya, tetangga saya yang (amat) mampu pun mendapat beberapa kompor gas. Pembagian kompor gas ini nyatanya belumlah merata dalam suatu daerah. Di malang, hanya kotamadya yang sukses mendapatkannya, sedangkan kabupaten belum seluruhnya.
Lain lagi di tanggulangin (sidoarjo), kakak saya yang dengan suka rela membantu mengurusi pembagian di wilayahnya perumahan TAS-2, malah tidak kebagian. Dalam daftar tidak terdapat namanya. Nasib..
Kisah lainnya, barang yang dibagikan itu ternyata tidak semuanya bisa langsung dipake. Seperti yang dikeluhkan oleh tetangga saya, awal pemakaian kompornya ga langsung bisa mengeluarkan api, harus diulang2 baru bisa dipake normal. Sedangkan punya saya malah ga bisa dipake sama sekali, pemantiknya udah dicoba sampe puluhan kali belum bisa juga. Sampe akhirnya saya membeli kompor sejenis (single), dan langsung bisa!! Nasib..
Sepertinya pepatah ‘ada harga ada rupa’ masih berlaku saat ini. Apalagi kalo gratisan, bisa dipastikan tidak akan berumur lama :D Memang tidak semuanya yang murahan dan gratisan itu mutunya buruk, tapi ‘biasanya’ demikian adanya.. (halah mbulet )
Kejadian ‘menggemaskan’ itu berlanjut saat saya migrasi ke solo. Saya kesulitan menemukan penjual LPG 3 kg. Ternyata di sana belum ada konversi, rata2 masih menggunakan mintah. Saya menyusuri solo kota dan pinggiran, sampe akhirnya bertekad masuk ke toko yang menjual LPG dan ‘merayu’ penjual untuk merelakan stok LPG 3 kg ke saya. Berarti benar firasat saya, sebenarnya toko2 yang menjual LPG itu mempunyai stok namun karena belum ada konversi dari pemerintah setempat, maka belum berani mendistribusikannya. Jadinya ya sembunyi2 begitu. Lega banget saya.. meski harus merogoh kocek 5 ribu lebih besar dari harga di malang. Sekali lagi.. nasib
Gimana dengan di daerah anda?
@teknikinet3
di landungsari udah kok mbak. dipukul rata semua. jadi aku juga dapat n anak kos juga dapat jatah lhoo... setiap kosan apalagi kosan cewek dikasih, katanya daripada sisa...
ReplyDeleteso, walau di rumah dah ada kompor gas yang agak mewah, tetep dapat jugah kompor hadiah ituh. bener mbak, masalah di pemantiknya. coba sidekatkan lagi pemantik sama lobang gasnya. maslahanya jaraknya agak longgar tuh...
anak kos juga pada seneng dapat hadiah ituh, lebih nyaman katanya kalo kelapaean di malam hari...
PERTAMAX PLUS BIOETANOL
di gresik aman terpercaya penyaluran tabung gas 3 liter.. untuk masalah isi selanjutnya tergantung kantong warga.. hehe yang ga punya duit ya terpaksa ngaplo... masak pake kayu bakar lagi.. nebang2 lagi.. huhuhu..
ReplyDeleteKenyataannya, tetangga saya yang (amat) mampu pun mendapat beberapa kompor gas.
ReplyDeleteSecara perencanaan dan teori, hal ini bisa dihindari. Fakta dilapangan, sering tidak sesuai dengan diatas kertas. Kalau mau bener2 sesuai dengan yang direncanakan, harus ada pengawas yang bener-bener independen dan tidak punya kepentingan apapun dengan program itu disamping tentunya kejujuran hati nurani dari mereka yang sebenarnya dari segi materi sudah (amat) sangat mampu tadi.
Jadi yang nampaknya pemerataan sesungguhnya tidak rata ya? Ini tidak mencerminkan keadilan distributif.
ReplyDeletewah gratis yah... mau dong
ReplyDelete@slamet: wah, baik bgt pengurusnya, kl di ketawanggede mbulet :(
ReplyDelete@anang: kl tabung 3kg harganya insyaallah ga akan naik krn masuk subsidi pemerintah
@meyti, ani: begitulah kenyataannya..
@ario: antreee..
aku lom dapet nih, misua blg kalo dikasi akan menolak krn banyak yg lebih berhak. aku?mau aja drpd ditolak trus dikorup hihihi
ReplyDeletembak, caranya tuker kompor gas nya gimana toh? soalnya di kost kasian anak2 pada ga kuat bli minyak tanah...
ReplyDeleteapa sekarang sudah telat ya? hiks
mudah-mudahan sekarang ndak ada masalah lagi ya
ReplyDelete