Pernah mengalami naik travel tapi penumpang menjemput travelnya? Selama ini yang benar adalah travel menjemput penumpang. Namanya juga travel, kalo penumpang menjemput travel itu ga ada bedanya dengan penumpang yang nyetop bis di halte/terminal. Seumur2 baru sekarang saya dibuat mangkel oleh awak sebuah travel biro perjalanan antar provinsi. Namanya ga perlu disebutkan, tapi mungkin dari skrinsut bisa diketahui namanya
Saat kembali ke solo setelah mudik ke malang dengan beberapa agenda, salah satunya adalah menyaksikan acara tahunan Malang Tempoh Doeloe dengan globber, saya yang biasanya menggunakan bis, memesan travel karena kali ini sendirian, berharap kenyamanan dalam perjalanan nanti.
Setelah nama travel dan nomer telponnya dibenarkan oleh si penerima telpon, lantas saya memesan 1 kursi di depan dan si penerima telpon mencatat alamat penjemputan. Percakapan berjalan biasa saja, berarti memang travel ini sudah berpengalaman. Lagian alamat rumah saya biasa dijangkau travel berbagai jurusan secara memang daerah kost2an sekitar unibraw.
Saat hari penjemputan, perasaan saya tidak enak, entah kenapa, menghibur diri sendiri mungkin karena saya masih ingin di malang bersama keluarga. Sampai 1 jam berlalu dari jam pemberangkatan. Molor nih.. ga biasanya travel molor. Perasaan tidak enak itu pecah saat telpon rumah berdering, ternyata dari pihak penjemput travel. Suara mas2 menanyakan posisi rumah, dan saya jelaskan dengan detil dari keberadaan travel saat itu. Katanya alamat saya tidak ketemu2. Sampai 4 kali telpon masih saja belum ketemu, akhirnya meminta saya untuk mendatangi posisi travelnya yang menurut saya tidaklah lazim bila saya mendatangi travel dengan membawa bawaan saat itu. Saya tidak mau menuruti malah dimarahi. Loh kok bisa? Saya juga bisa tegas dong..
Saya bilang, mana ada penumpang menjemput travel, sedangkan alamat saya mudah sekali ditemukan. Silakan dibatalkan kalo tidak mau menjemput. Saya ga rugi, bisa pesan travel lain untuk jam yang sama, lagian belum bayar juga. Akhirnya nada si penelpon mereda dengan minta tolong supaya dibantu dengan menjemput travel. Dasar raja ngeyel, gumam saya. Saya hanya bisa membantu alur ke rumah saya, kalo mau silakan jemput.
Sekitar 15 menit akhirnya travel datang, sebelumnya saya memang dah menunggu di depan rumah melihat mobil L300 warna hijau dengan plat AD. Aneh, kok warna hijau, bukankah harusnya putih dan nama travelnya kok tidak sama dengan yang di telpon? Setelah saya tanya memang benar itu mobilnya, dan si asisten driver dengan marah2 meminta saya segera naik, barang saya dilempar ke bagasi, saya diam saja. Namun saya tidak bisa menerima saat saya diminta duduk di belakang. Kan pesannya di depan. Ga profesional banget sih. Dengan alasan saya mabuk’an akhirnya diijinkan di depan. Saya melirik ke belakang ada 2 penumpang perempuan. Jadi total ada 4 penumpang. Bismillah… mobil berjalan.
Selama perjalanan saya dibuat jengkel oleh ulah penumpang di sebelah saya, laki2. Sejak saya naik dia ngeciwis saya sopir yang ternyata setali 3 uang. Saya menyaksikan sopir dikasih macem2 oleh lelaki itu, suap kah? Untuk apa?. Sebentar2 mobil berhenti untuk menuruti hasrat keduanya membuang hajat di pinggir jalan. Kemudian berhenti lagi sekedar beli rokok, berhenti untuk minum teh di warung, berhenti untuk menyiram mesin dengan air di pom bensin. Di pemberhentian ke-3 saya minta pindah di belakang sopir menemani nenek2 yang bertujuan ke klaten. Penumpang satunya mbak2 bertujuan ke Yogyakarta pindah di kursi belakang, tidur. Ternyata mbak2 itu juga jengkel dengan ulah sopir dan penumpang di depan.
Memasuki solo saya nelpon ke suami supaya standby di depan untuk membantu mengangkat barang dari bagasi. Apa yang terjadi setelah saya turun? Sopir meminta tambahan sebagai jasa pengantaran. Maksudnya? Ahh… saya ndak mudeng karena masih pusing masuk angin. Baru setelah kembali fit saya baru ingat dengan perkataan sopir tadi. Loh kok saya tadi ndak ngasih ya? Salah sendiri ga jelas bilang minta uang. Orang mabuk diajak omong…
Oh ya, saya sempat tanya ke sopir kenapa pada tiketnya juga mobil bukan tertera nama travel yang saya pesansnya. Ternyata travel yang saya pesan sudah tidak beroperasi untuk jurusan malang-solo, sehingga kantornya dipakai oleh biro perjalan lain yang trayeknya sama. Oalaah... Nasib!
Untuk saat ini kapok menggunakan travel. Mending kembali menggunakan bis patas seperti biasanya, murah, aman dan nyaman, ada servis makan lagi, gratis!
Saat menyiram mesin dengan air di pom
Pom menyediakan tempat istirahat (lokasi pom: raya ngawi-sragen)
Sejak insiden kecelakaan artis/politisi sophan sophian di perbatasan ngawi-sragen, kini sepanjang jalan raya ngawi-sragen sedang diperbaiki sehingga saya sempat mengalami kemacetan. Itu sekarang sudah mulus lagi jalannya. Hmm.. nunggu korban nyawa baru diperbaiki?
Saat kembali ke solo setelah mudik ke malang dengan beberapa agenda, salah satunya adalah menyaksikan acara tahunan Malang Tempoh Doeloe dengan globber, saya yang biasanya menggunakan bis, memesan travel karena kali ini sendirian, berharap kenyamanan dalam perjalanan nanti.
Setelah nama travel dan nomer telponnya dibenarkan oleh si penerima telpon, lantas saya memesan 1 kursi di depan dan si penerima telpon mencatat alamat penjemputan. Percakapan berjalan biasa saja, berarti memang travel ini sudah berpengalaman. Lagian alamat rumah saya biasa dijangkau travel berbagai jurusan secara memang daerah kost2an sekitar unibraw.
Saat hari penjemputan, perasaan saya tidak enak, entah kenapa, menghibur diri sendiri mungkin karena saya masih ingin di malang bersama keluarga. Sampai 1 jam berlalu dari jam pemberangkatan. Molor nih.. ga biasanya travel molor. Perasaan tidak enak itu pecah saat telpon rumah berdering, ternyata dari pihak penjemput travel. Suara mas2 menanyakan posisi rumah, dan saya jelaskan dengan detil dari keberadaan travel saat itu. Katanya alamat saya tidak ketemu2. Sampai 4 kali telpon masih saja belum ketemu, akhirnya meminta saya untuk mendatangi posisi travelnya yang menurut saya tidaklah lazim bila saya mendatangi travel dengan membawa bawaan saat itu. Saya tidak mau menuruti malah dimarahi. Loh kok bisa? Saya juga bisa tegas dong..
Saya bilang, mana ada penumpang menjemput travel, sedangkan alamat saya mudah sekali ditemukan. Silakan dibatalkan kalo tidak mau menjemput. Saya ga rugi, bisa pesan travel lain untuk jam yang sama, lagian belum bayar juga. Akhirnya nada si penelpon mereda dengan minta tolong supaya dibantu dengan menjemput travel. Dasar raja ngeyel, gumam saya. Saya hanya bisa membantu alur ke rumah saya, kalo mau silakan jemput.
Sekitar 15 menit akhirnya travel datang, sebelumnya saya memang dah menunggu di depan rumah melihat mobil L300 warna hijau dengan plat AD. Aneh, kok warna hijau, bukankah harusnya putih dan nama travelnya kok tidak sama dengan yang di telpon? Setelah saya tanya memang benar itu mobilnya, dan si asisten driver dengan marah2 meminta saya segera naik, barang saya dilempar ke bagasi, saya diam saja. Namun saya tidak bisa menerima saat saya diminta duduk di belakang. Kan pesannya di depan. Ga profesional banget sih. Dengan alasan saya mabuk’an akhirnya diijinkan di depan. Saya melirik ke belakang ada 2 penumpang perempuan. Jadi total ada 4 penumpang. Bismillah… mobil berjalan.
Selama perjalanan saya dibuat jengkel oleh ulah penumpang di sebelah saya, laki2. Sejak saya naik dia ngeciwis saya sopir yang ternyata setali 3 uang. Saya menyaksikan sopir dikasih macem2 oleh lelaki itu, suap kah? Untuk apa?. Sebentar2 mobil berhenti untuk menuruti hasrat keduanya membuang hajat di pinggir jalan. Kemudian berhenti lagi sekedar beli rokok, berhenti untuk minum teh di warung, berhenti untuk menyiram mesin dengan air di pom bensin. Di pemberhentian ke-3 saya minta pindah di belakang sopir menemani nenek2 yang bertujuan ke klaten. Penumpang satunya mbak2 bertujuan ke Yogyakarta pindah di kursi belakang, tidur. Ternyata mbak2 itu juga jengkel dengan ulah sopir dan penumpang di depan.
Memasuki solo saya nelpon ke suami supaya standby di depan untuk membantu mengangkat barang dari bagasi. Apa yang terjadi setelah saya turun? Sopir meminta tambahan sebagai jasa pengantaran. Maksudnya? Ahh… saya ndak mudeng karena masih pusing masuk angin. Baru setelah kembali fit saya baru ingat dengan perkataan sopir tadi. Loh kok saya tadi ndak ngasih ya? Salah sendiri ga jelas bilang minta uang. Orang mabuk diajak omong…
Oh ya, saya sempat tanya ke sopir kenapa pada tiketnya juga mobil bukan tertera nama travel yang saya pesansnya. Ternyata travel yang saya pesan sudah tidak beroperasi untuk jurusan malang-solo, sehingga kantornya dipakai oleh biro perjalan lain yang trayeknya sama. Oalaah... Nasib!
Untuk saat ini kapok menggunakan travel. Mending kembali menggunakan bis patas seperti biasanya, murah, aman dan nyaman, ada servis makan lagi, gratis!
Halah kok mesakno seh mbak. Sampai disuruh jemput travelnya..ck..ck.. besok-besok enak naik bis aja kyknya yaaa...
ReplyDeleteYa tergantung travelnya sih. Kalo punya temenku dijemput dari tujuan dan sampai tujuan. Tapi travel Malang Surabaya.
ReplyDeleteah itu mungkin cobaan untukmu jeng.. biar makin suka naek travel ahaha kidding
ReplyDeletebesok-besok tak jemput ma ak aja yack? :D
ReplyDeletehandoyo saja mbak....
ReplyDeleteeh kalimat terkhir lebih tepatnya..
nunggu korban jiwa seorang seleb....
Kalo pas dapet yang ga mengenakkan kayak gitu memang nyebelin... kan perjalanan jauh itu udah capek
ReplyDeleteeh ngomong-ngomong udah nyampek solo lagi... beberapa kali sering ke UNS tapi ga ada kampung yang dimaksud tuh mana ya tepatnya
aku juga pernah gitu mbak, pa lagi menjelang lebaran.. itu sih karena kita mau aja.. klo gak mau kan bisa cancel. tu juga karena kepepet ma waktu...
ReplyDelete@manda: iya mb, bis aja
ReplyDelete@rosyidi: mmg hrsnya bgitu. Br kali ini ngalamin
@anang: betol jg..
@Dhie: ah ga usyah repot2
@slamet: setau saya handoyo utk jurusan banyumas
@yusuf: hehe ga ketemu rmh saya pak? Detilnya di sms aja :)
@genoc: iya, penumpang adl raja :D
kemaren naek travel tu alesannya karena mau boyongan, kan harusnya lebih enak, cuz dijemput dan diantar sampai tujuan.. :) lha koq ternyata malah melelahkan hati :(
ReplyDelete