Saya tercekat dengan berita yang tersiar di layar televisi di seputar indonesia, bahwa di solo-jateng ada beberapa guru yang tertangkap melakukan kecurangan dengan mengerjakan soal ujian kelulusan paket C yang seharusnya dikerjakan muridnya. Ada yang melakukannya di dalam mobil juga di halaman sekolah. Dari beberapa sekolah yang diawasi, polisi menemukan sekitar 12 orang guru dan 1 kepala sekolah. Tidak tanggung2, penemuan itu terjadi di sekolah negeri! Demi ingin muridnya2 lulus, sang guru rela melakukan kecurangan. Hanya itu motifnya? Entahlah...
Hampir semua orang hafal dengan kepanjangan dari kata ‘guru’ yakni diguGu dan ditiRU, artinya guru merupakan panutan yang mana tingkahlakunya patut untuk didengarkan dan diikuti oleh anak didiknya. Bahkan terciptalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, lagu yang khusus diciptakan untuk guru mengingat betapa besar jasa seorang guru yang mengajarkan segala sesuatu kepada anak didik sehingga menjadi orang baik, pintar dan sukses.
Kalo jaman dahulu sebagai guru mungkin dipandang sebagai profesi yang kurang menjanjikan, tentu aja dalam hal kesejahteraan (gaji yang minim). Seiring berjalannya waktu, kini profesi menjadi guru menjadi dambaan banyak kalangan. Bahkan banyak lulusan sekolah non guru yang berminat menjadi guru. Bisa jadi karena peluang kerja jaman sekarang semakin ketat persaingannya. Juga, kabarnya sekarang kesejahteraan guru semakin diperhatian oleh pemerintah, tentu aja bagi yang sudah diangkat statusnya menjadi PNS. Mereka yang lulusan/sarjana non guru harus rela menempuh pendidikan tambahan (yang cukup singkat) untuk memperoleh serifikat Akta Mengajar (d/h Akta 4).
Tapi, mengapa akhir2 ini banyak terjadi kisah penodaan profesi guru oleh sejumlah oknum guru? Bagi yang mengetahui berita itu mungkin hanya bisa mengelus dada, setidaknya ber-istighfar. Betapa tidak, guru yang harusnya mengajarkan kebaikan dalam hal kesusilaan malah berbuat mesum/selingkuh dengan sesama guru, baik di hotel, restoran, bahkan di kantor (sekolah)!
Kalo guru aja bisa seperti itu, bagaimana dengan muridnya? Berita yang masih hangat adalah adanya genk nero di pati-jateng yang beranggotakan pelajar perempuan, genk motor di bandung, perkelahian antar pelajar, perkelahian pelajar perempuan di kalimantan, juga tak kalah dengan gurunya adalah beredarnya video porno oleh pelajar. Nauzubillah…
Memanglah apa yang terjadi pada siswa tidak lantas harus menyalahkan guru maupun orangtua. Namun tangan2 guru dan orangtua tetaplah berpengaruh pada pembentukan siswa/anak2nya.
Juga tentu tidak begitu aja gebyah uyah, mengklaim guru2 jaman sekarang sudah tidak layak untuk diguru dan ditiru. Masih banyak guru2 yang tetap memegang prinsip kemuliaan, jujur, dan berbudi pekerti. Hanya karena beberapa oknum guru yang bejat menjadikan profesi guru yang mulia menjadi tercoreng, juga menjadikan suram dunia pendidikan di negeri yang makin terpuruk ini…
Hampir semua orang hafal dengan kepanjangan dari kata ‘guru’ yakni diguGu dan ditiRU, artinya guru merupakan panutan yang mana tingkahlakunya patut untuk didengarkan dan diikuti oleh anak didiknya. Bahkan terciptalah Pahlawan Tanpa Tanda Jasa, lagu yang khusus diciptakan untuk guru mengingat betapa besar jasa seorang guru yang mengajarkan segala sesuatu kepada anak didik sehingga menjadi orang baik, pintar dan sukses.
Kalo jaman dahulu sebagai guru mungkin dipandang sebagai profesi yang kurang menjanjikan, tentu aja dalam hal kesejahteraan (gaji yang minim). Seiring berjalannya waktu, kini profesi menjadi guru menjadi dambaan banyak kalangan. Bahkan banyak lulusan sekolah non guru yang berminat menjadi guru. Bisa jadi karena peluang kerja jaman sekarang semakin ketat persaingannya. Juga, kabarnya sekarang kesejahteraan guru semakin diperhatian oleh pemerintah, tentu aja bagi yang sudah diangkat statusnya menjadi PNS. Mereka yang lulusan/sarjana non guru harus rela menempuh pendidikan tambahan (yang cukup singkat) untuk memperoleh serifikat Akta Mengajar (d/h Akta 4).
Tapi, mengapa akhir2 ini banyak terjadi kisah penodaan profesi guru oleh sejumlah oknum guru? Bagi yang mengetahui berita itu mungkin hanya bisa mengelus dada, setidaknya ber-istighfar. Betapa tidak, guru yang harusnya mengajarkan kebaikan dalam hal kesusilaan malah berbuat mesum/selingkuh dengan sesama guru, baik di hotel, restoran, bahkan di kantor (sekolah)!
Kalo guru aja bisa seperti itu, bagaimana dengan muridnya? Berita yang masih hangat adalah adanya genk nero di pati-jateng yang beranggotakan pelajar perempuan, genk motor di bandung, perkelahian antar pelajar, perkelahian pelajar perempuan di kalimantan, juga tak kalah dengan gurunya adalah beredarnya video porno oleh pelajar. Nauzubillah…
Memanglah apa yang terjadi pada siswa tidak lantas harus menyalahkan guru maupun orangtua. Namun tangan2 guru dan orangtua tetaplah berpengaruh pada pembentukan siswa/anak2nya.
Juga tentu tidak begitu aja gebyah uyah, mengklaim guru2 jaman sekarang sudah tidak layak untuk diguru dan ditiru. Masih banyak guru2 yang tetap memegang prinsip kemuliaan, jujur, dan berbudi pekerti. Hanya karena beberapa oknum guru yang bejat menjadikan profesi guru yang mulia menjadi tercoreng, juga menjadikan suram dunia pendidikan di negeri yang makin terpuruk ini…
bupati mengancam akan mencopot kepala dinas jika hasil unas hancur, kepala dinas mengancam kepala sekolah jika hasil unas hancur, kepala sekolah mengancam guru jika hasil unas hancur, guru mengancam murid pinter jika tidak bagi-bagi jawaban dengan temannya,...
ReplyDeletebegitu juntrungannya mbak.. :D
secara saya, saat ini gak perlu sekolah lama-lama. mending menghafal segala macam hafalan selama 6 bulan, setelah itu langsung unas. gimana? efisiensi biaya pendidikan bukan?
***ngelus dada lan ambegan gedhe***
fenomena yang tragis
ReplyDelete@sluslusla: alon2 pak ambegane :P
ReplyDeleteguru digugu lan ditiru.. pantes kalo kelakuan anak2 jaman sekarang dah kebablasan.. rupanya niru gurunya to
ReplyDeleteDim gugu lan di TIRU ;)
ReplyDeleteDi Indonesia ini, pendidikan yang seharusnya sangat diperhatikan nyatanya tidak demikian adanya. Biaya pendidikan makin mahal hingga terkadang membayangkan apakah nanti bisa mengkuliahkan anak, sekarang saja mahalnya sudah kayak gini. Sudah semahal itu, nyatanya kualitas dari Sekolah juga bukannya membaik, bahkan moralnya cenderung menurun. Karena itu tetap, pendidikan terbaik adalah di rumah.
ReplyDeletehem..
ReplyDeletememprihatikan memang ya..
ikut sedih deh,
sebagai seorang anak yang lahir dari lingkungan pendidik, kira2 aku bisa ngerti sedikit sih titik persoalannya,
ya karena mereka ingin semua muridnya lulus, dengan cara apapun, dan mungkin juga tekanan dari berbagai pihak, selain kepala sekolah dan atasannya lagi, juga dari orang tua, dan juga dari siswa sendiri, yang seringkali menyalahkan guru dan sekolah atas ketidak lulusan mereka..
tapi hal ini tentu saja tidak bisa dibenarkan..
semoga ini tidak terulang dan menjadi pelajarab bagi kita semua
@anang: betol cak
ReplyDelete@jauhari: :)
@mrbambang: mksdnya hom skuling kyk artis2 muda itu?
@shuni: kyk lingkaran setan ya?
kejadian seperti itu karena ada kesempatan, jadi yang harus diperhatikan gimana caranya supaya kesempatan negatif itu bisa diminimalis atau dihilangkan sama sekali.
ReplyDelete