Setiap orang pasti tidak ingin ditipu. Betol? Jaman sekarang penipuan semakin canggih, bahkan mereka (baca: penipu) berani mengeluarkan modal besar untuk menipu mangsanya. Saya hampir saja kena perangkap mereka. Targetnya sama, mereka menginginkan saya mentransfer sejumlah uang. Jumlahnya jutaan lho. Ceritanya kurang lebih seperti di bawah ini. Yuukk...
Modus Studi banding
Sewaktu lulus studi, yg namanya jobless pasti dialami para alumni. Demikian halnya saya. Coba sana sini tuk melamar pekerjaan saya lakoni, ya selain ingin mendapatkan uang dari keringat sendiri, niat saya jg ingin nyenengin ortu. Nah, suatu hari saya mendapat surat kilat khusus. Pada kop amplopnya terdapat logo dan alamat lengkap UI (Universitas Indonesia) dan UB (Universitas Brawijaya) dengan judul : “STUDI BANDING INDONESIA MALAYSIA” (kerjasama UI dan UB untuk studi ke malaysia). Setelah saya buka amplopnya terdapat 5 lembar yang intinya saya terpilih beasiswa untuk menjadi duta studi banding. Lampirannya lengkap dan meyakinkan, ada stempel dan nama rektor masing2 PTN.
Saya merasa tersanjung dengan surat panggilan itu. Akhirnya saya menghubungi nomer ponsel Rektor UB yang tertera sebagai contact person perwakilan malang. Setelah nyambung, saya ditanya macam2, antara lain nmr rekening saya. Buntutnya, saya diminta mentransfer uang sejumlah 3 juta sebagai biaya paspor yang nantinya akan dikembalikan setelah dana beasiswanya cair. Saya jadi ragu, kemudian saya nelpon kantor IKA (Ikatan Alumni UB) yang bertempat di kampus UB. Beruntung masih ada yang angkat telpon saya, sebab kantor biasanya hanya sampe jam 4 sore. Ternyata waktu itu ada rapat sampe malam, kebetulan yang bicara ketua IKA sendiri. Saya disuruh ke kantor IKA esoknya dengan membawa surat panggilan itu. Di luar dugaan, telah banyak alumni yang mentransfer jutaan rupiah ke rekening rektor yang ternyata rektor gadungan. Selidik punya selidik, ada ketidakberesan pada lampiran surat panggilan itu:
1. tanda tangan rektor berbeda dengan yang ada di ijazah
2. NIP rektor berbeda dengan yang ada di ijazah
3. stempel hanya berupa logo universitas brawijaya
4. alamat yang tertera pada kop surat adalah fiktif, terbukti saat menghubungi kampus UI, tidak ada seperti yg dimaksud di surat.
Poin 1-3 hasil penyelidikan saya sendiri (sebelum mentransfer uang). Sedangkan poin 4 merupakan penyelidikan yang dilakukan staff IKA. Para penipu itu mendapatkan data dan alamat saya kemungkinan besar dari buku alumni, yang mudah didapatkan dimana aja.
Modus Undian
Pengalaman saya yang ke-2, terjadi beberapa hari yang lalu. Saya mendapat 2 surat dari PT SINAS (Sinar Sosro) sebagai perusahaan minuman dalam kemasan dan botol. Di sana saya tertera sebagai pemenang undian utama sebuah mobil. Beberapa lembar lampiran surat itu cukup membuat orang yang menerimanya amat yakin kl kita benar2 pemenang. Ada lembar pajak+stempel dari depkeu, ada lembar pengesahan dari dealer mobil, dan nama+alamat tulisan saya. Kali ini saya amat tidak percaya, sebab pengumuman undian keluar tanggal 1 nopember, dan nama saya tidak tercantum baik pada hadiah utama maupun hiburan. Pengumuman termuat pada harian Japos dan melalui website fruittea. Lagian, pemenang dibebaskan dari biaya apapun, baik biaya baliknama, pengiriman, maupun pajak. Dalam surat itu saya diminta membayar 25% dari harga mobil, sekitar 39 jutaan. Weleh..
Saya iseng2 nelpon kantor sosro cabang malang, menanyakan masalah surat itu. Ternyata eh ternyata.. banyak juga orang yang udah kena tipu, katanya mereka mengadu ke kantor dan minta ganti rugi atas uang yang telah mereka transfer. Esok harinya ada petugas sosro yang datang ke tempat saya, mereka minta surat dari penipu itu untuk diselidiki lebih lanjut. Nah, darimana penipu2 itu menapatkan alamat saya? Kemungkinan besar dari amplop2 saya yang terbuang setelah pengundian.
Besoknya saya dapat kiriman lagi, kali ini dikirim oleh kantor notaris yang menangani bea balik nama kendaraan, yang menjelakan saya harus membayar bea balik nama sebesar 15 juta. Kalo yang pertama menggunakan logo dan stempel sosro, sedangkan yg kedua ini menggunakan stempel dan logo fruittea. Surat pertama dan kedua kok berbeda notaris yak? aneeh..
Kalo diitung2, mereka profesional juga, buktinya mereka berani ngeluarin biaya besar, mulai pencetakan lembar panggilan yang cukup mewah, sampe biaya post kilat khusus. pastinya mereka ngirim ke banyak mangsa. tapi kalo usaha mereka berhasil ya tentu mendapat banyak duit.
Bagaimanapun juga kepada pihak sosro seharusnya bisa mempertanggungjawabkan kejadian ini. Kenapa? Jelas dong, bagaimana mungkin amplop2 yang tidak memenangkan undian bisa ke tangan oknum2 itu, yang sebenarnya harus dimusnahkan.
Modus SMS
Yang kurang profesional adalah penipuan melalui sms, yang menyatakan menang undian ini itu. Kemudian pemenangnya diminta menghubungi nomer ponsel pengirim yang dituliskan di situ. Penipu yang tidak cerdas, mereka sms menggunakan nomer yang berbeda dengan nomer contact person. Misalnya mengaku 818 tapi nomor yang dipake sms dr provider lain. Lucu bukan? Biasanya saya langsung nge-del sms sampah itu.
Modus Kecelakaan
Ada lagi, Bustan, mahasiswa yang ngekost di tempat saya, berasal dari sumenep, ortunya mendapat telpon yang ngakunya dari pihak rumah sakit memberitakan bahwa anaknya sedang opname akibat kecelakaan, supaya segera mendapat layanan, mereka diminta segera mengirimkan uang ke rumah sakit melalui transfer. Hampir saja mereka menuruti penelpon itu, kl mereka tidak nelpon ke pamannya yang dekat rumah saya. Sebelumnya saya menerima telpon yg ngakunya dari kepolisian, minta supaya kabel terminal pstn dicabut selama 10 menit. Saya ragu, kok dari kepolisian, apa urusannya? Kemudian telpon bunyi lagi, penelpon menanyakan kenapa kok belum dicabut, akhirnya turuti. Saya merasa ada yang ga beres, saya ke wartel sebelah rumah untuk menghubungi telkom 147. Saya tanyakan apa ada masalah dengan nmr pstn saya, setelah dicek ternyata tidak ada masalah apa2. Kabel telpon rumah saya sambung kembali ke terminalnya. Ternyata tujuan pencabutan itu adalah supaya ortu bustan itu tdk bisa ngecek dan menghubungi anaknya di kost2an, sehingga leluasa ngerjain ortunya di sumenep dengan mengaku dari pihak rumah sakit. Untungnya pamannya yang dihubungi ortunya segera ke rumah saya untuk ngecek kondisin bustan, Setelah yakin baik2 aja, pamannya itu ngabari ortunya. Akhirnya terungkaplah bahwa mereka telah menjadi mangsa penipuan, dan alhamdulillah ga sampai tertipu....
Modus Studi banding
Sewaktu lulus studi, yg namanya jobless pasti dialami para alumni. Demikian halnya saya. Coba sana sini tuk melamar pekerjaan saya lakoni, ya selain ingin mendapatkan uang dari keringat sendiri, niat saya jg ingin nyenengin ortu. Nah, suatu hari saya mendapat surat kilat khusus. Pada kop amplopnya terdapat logo dan alamat lengkap UI (Universitas Indonesia) dan UB (Universitas Brawijaya) dengan judul : “STUDI BANDING INDONESIA MALAYSIA” (kerjasama UI dan UB untuk studi ke malaysia). Setelah saya buka amplopnya terdapat 5 lembar yang intinya saya terpilih beasiswa untuk menjadi duta studi banding. Lampirannya lengkap dan meyakinkan, ada stempel dan nama rektor masing2 PTN.
Saya merasa tersanjung dengan surat panggilan itu. Akhirnya saya menghubungi nomer ponsel Rektor UB yang tertera sebagai contact person perwakilan malang. Setelah nyambung, saya ditanya macam2, antara lain nmr rekening saya. Buntutnya, saya diminta mentransfer uang sejumlah 3 juta sebagai biaya paspor yang nantinya akan dikembalikan setelah dana beasiswanya cair. Saya jadi ragu, kemudian saya nelpon kantor IKA (Ikatan Alumni UB) yang bertempat di kampus UB. Beruntung masih ada yang angkat telpon saya, sebab kantor biasanya hanya sampe jam 4 sore. Ternyata waktu itu ada rapat sampe malam, kebetulan yang bicara ketua IKA sendiri. Saya disuruh ke kantor IKA esoknya dengan membawa surat panggilan itu. Di luar dugaan, telah banyak alumni yang mentransfer jutaan rupiah ke rekening rektor yang ternyata rektor gadungan. Selidik punya selidik, ada ketidakberesan pada lampiran surat panggilan itu:
1. tanda tangan rektor berbeda dengan yang ada di ijazah
2. NIP rektor berbeda dengan yang ada di ijazah
3. stempel hanya berupa logo universitas brawijaya
4. alamat yang tertera pada kop surat adalah fiktif, terbukti saat menghubungi kampus UI, tidak ada seperti yg dimaksud di surat.
Poin 1-3 hasil penyelidikan saya sendiri (sebelum mentransfer uang). Sedangkan poin 4 merupakan penyelidikan yang dilakukan staff IKA. Para penipu itu mendapatkan data dan alamat saya kemungkinan besar dari buku alumni, yang mudah didapatkan dimana aja.
Modus Undian
Pengalaman saya yang ke-2, terjadi beberapa hari yang lalu. Saya mendapat 2 surat dari PT SINAS (Sinar Sosro) sebagai perusahaan minuman dalam kemasan dan botol. Di sana saya tertera sebagai pemenang undian utama sebuah mobil. Beberapa lembar lampiran surat itu cukup membuat orang yang menerimanya amat yakin kl kita benar2 pemenang. Ada lembar pajak+stempel dari depkeu, ada lembar pengesahan dari dealer mobil, dan nama+alamat tulisan saya. Kali ini saya amat tidak percaya, sebab pengumuman undian keluar tanggal 1 nopember, dan nama saya tidak tercantum baik pada hadiah utama maupun hiburan. Pengumuman termuat pada harian Japos dan melalui website fruittea. Lagian, pemenang dibebaskan dari biaya apapun, baik biaya baliknama, pengiriman, maupun pajak. Dalam surat itu saya diminta membayar 25% dari harga mobil, sekitar 39 jutaan. Weleh..
Saya iseng2 nelpon kantor sosro cabang malang, menanyakan masalah surat itu. Ternyata eh ternyata.. banyak juga orang yang udah kena tipu, katanya mereka mengadu ke kantor dan minta ganti rugi atas uang yang telah mereka transfer. Esok harinya ada petugas sosro yang datang ke tempat saya, mereka minta surat dari penipu itu untuk diselidiki lebih lanjut. Nah, darimana penipu2 itu menapatkan alamat saya? Kemungkinan besar dari amplop2 saya yang terbuang setelah pengundian.
Besoknya saya dapat kiriman lagi, kali ini dikirim oleh kantor notaris yang menangani bea balik nama kendaraan, yang menjelakan saya harus membayar bea balik nama sebesar 15 juta. Kalo yang pertama menggunakan logo dan stempel sosro, sedangkan yg kedua ini menggunakan stempel dan logo fruittea. Surat pertama dan kedua kok berbeda notaris yak? aneeh..
Kalo diitung2, mereka profesional juga, buktinya mereka berani ngeluarin biaya besar, mulai pencetakan lembar panggilan yang cukup mewah, sampe biaya post kilat khusus. pastinya mereka ngirim ke banyak mangsa. tapi kalo usaha mereka berhasil ya tentu mendapat banyak duit.
Bagaimanapun juga kepada pihak sosro seharusnya bisa mempertanggungjawabkan kejadian ini. Kenapa? Jelas dong, bagaimana mungkin amplop2 yang tidak memenangkan undian bisa ke tangan oknum2 itu, yang sebenarnya harus dimusnahkan.
Modus SMS
Yang kurang profesional adalah penipuan melalui sms, yang menyatakan menang undian ini itu. Kemudian pemenangnya diminta menghubungi nomer ponsel pengirim yang dituliskan di situ. Penipu yang tidak cerdas, mereka sms menggunakan nomer yang berbeda dengan nomer contact person. Misalnya mengaku 818 tapi nomor yang dipake sms dr provider lain. Lucu bukan? Biasanya saya langsung nge-del sms sampah itu.
Modus Kecelakaan
Ada lagi, Bustan, mahasiswa yang ngekost di tempat saya, berasal dari sumenep, ortunya mendapat telpon yang ngakunya dari pihak rumah sakit memberitakan bahwa anaknya sedang opname akibat kecelakaan, supaya segera mendapat layanan, mereka diminta segera mengirimkan uang ke rumah sakit melalui transfer. Hampir saja mereka menuruti penelpon itu, kl mereka tidak nelpon ke pamannya yang dekat rumah saya. Sebelumnya saya menerima telpon yg ngakunya dari kepolisian, minta supaya kabel terminal pstn dicabut selama 10 menit. Saya ragu, kok dari kepolisian, apa urusannya? Kemudian telpon bunyi lagi, penelpon menanyakan kenapa kok belum dicabut, akhirnya turuti. Saya merasa ada yang ga beres, saya ke wartel sebelah rumah untuk menghubungi telkom 147. Saya tanyakan apa ada masalah dengan nmr pstn saya, setelah dicek ternyata tidak ada masalah apa2. Kabel telpon rumah saya sambung kembali ke terminalnya. Ternyata tujuan pencabutan itu adalah supaya ortu bustan itu tdk bisa ngecek dan menghubungi anaknya di kost2an, sehingga leluasa ngerjain ortunya di sumenep dengan mengaku dari pihak rumah sakit. Untungnya pamannya yang dihubungi ortunya segera ke rumah saya untuk ngecek kondisin bustan, Setelah yakin baik2 aja, pamannya itu ngabari ortunya. Akhirnya terungkaplah bahwa mereka telah menjadi mangsa penipuan, dan alhamdulillah ga sampai tertipu....